Sunday, May 15, 2011

Kisah Pasangan Gay Dan Anaknya Yaitu Boneka

Membaca judul artikel ini, mungkin ada yang menyeletuk "Sinting!". Bahkan mungkin sesama gay pun akan berpikir demikian. Sebelum menyeletuk, baca dulu cerita selengkapnya, ok?

http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2011/04/15/article-1377245-0BA38CC100000578-676_638x562.jpg

Di usia 20, warga New York - Digby du Pont - punya kehidupan yang diinginkan semua orang. Bayangkan saja. Digby sudah berkelana 7 benua termasuk ke Taj Mahal, Piramid Giza dan berlayar melewati Lautan Hindia. Pakaian dan asesoris Digby pun sangat mahal, seperti sepatu Bloomingdales, jam Cartier, dll. Digby juga sering makan malam dekat para celebriti di restoran ekslusif New York. Digby itu ternyata cuma BONEKA !!! Meski cuma benda mati, Digby sangat dimanja oleh kedua ayahnya yang merupakan pasangan gay: Mark Kirby dan A.J Sapolnick.

Keduanya tidak pernah merencanakan akan punya anak boneka. Semua bermula ketika satu persatu dari teman mereka punya anak. Teman-teman mereka pun sering memamerkan foto anak mereka. Mark dan AJ iri hati. Mereka pun mau punya naka tapi apa daya, Amerika Serikat saat itu melarang pasangan gay untuk mengadopsi anak. Bahkan di zaman itu, konsep gay bukan penyakit masih terbilang baru dan kontroversial.

Digby 'diadopsi' di Paris, tepatnya di sebuah toko loak di tahun 1990. Kedua gay itu langsung suka dan membeli boneka seharga 4 poundsterling yang kelak dinamai Digby. Digby saat itu sangat kotor dan bulukan, juga bugil. Dengan penuh kasih sayang, mereka membersihkan Digby dan memakaikan baju.

Biarpun hanya boneka, Digby dan orangtua gaynya sudah melalang buana ke 7 benua (lebih dari 100 negara). Dan sudah berfoto sekitar 13,000 kali. Saking sayangnya, Mark dan AJ menganggap Digby sebagai MANUSIA VINYL, bukan boneka. Digby diperlakukan seperti layaknya bayi sungguhan.

Namun tidak mudah mengajak Digby berkeliling dunia karena Mark dan AJ sering dicurigai sebagai pengedar narkoba yang menyelundupkan barang terlarang di dalam badan Digby. Digby pernah 'dipenggal' di Mesir ketika penjaga perbatasan ngotot mau mencopot kepala Digby untuk memeriksa isi boneka itu. Keduanya kontan protes karena melihat Digby 'dipenggal' akan sangat traumatis, belum lagi repot memasangkan kepalanya kembali.

Digby selalu duduk di kursi tersendiri dalam pesawat (meski tidak membayar tiket). Digby juga punya PASPOR sendiri! Di beberapa negara, kalo petugasnya punya rasa humor, paspor Digby akan distempel. Ke mana pun Digby pergi, orang-orang terpesona dengan sang boneka. Bahkan Digby pernah hampir dirampok ketika dia mengunjungi Tembok Besar China bersama orangtuanya. Seorang USKUP, Richard Chartes, bahkan menawari PEMBAPTISAN untuk snag boneka! Namun ditolak pasangan gay itu dengan alasan Digby itu keturunan Yahudi! Keluarga unik itu menjadi buah bibir ke mana pun mereka pergi. Sering, orang-orang tak dikenal mengirim mereka email positif, hanya sekedar memberitahu bahwa mereka pernah melihat Digby ketika keluarga unik itu berlibur.

Digby mungkin cuma boneka. Tapi kasih sayang yang didapat Digby merupakan bukti kuat bahwa pasangan gay pun bisa jadi orangtua yang baik, bahkan lebih hebat dibanding kaum heteroseks. Jadi, apa hak istimewa yang dimiliki masyarakat melarang gay mengadopsi anak? Apalagi faktanya, banyak anak telantar, bayi aborsi, dan keluarga broken home - hasil produk keluarga heteroseks yang katanya direstui Tuhan. [source]

No comments:

Post a Comment