Seorang siswa perempuan dihukum sekolah lantaran tidak langsung melaporkan terjadinya hubungan intim yang dilakukan sahabatnya di bis sekolah. Selain itu, dia juga dihukum karena berpindah tempat duduk selama di dalam bis.
Peristiwa ini terjadi saat sekolah Dayton View Academy melakukan perjalanan wisata ke kampus di negara bagian lain. Dalam perjalanan itu, siswa perempuan yang berusia 14 tahun ini berpindah tempat duduk dengan seorang siswa laki-laki. Siswa laki-laki tersebut ingin duduk di sebelah sahabat perempuannya. Setelah siswa laki-laki itu berpindah, dia melihat mereka melakukan hubungan terlarang.
Sepulang dari tur, 22 April, siswa perempuan ini mengadu kepada ibunya, Sandra Roundtree. Sang putri menjelaskan apa yang dia lihat saat tur sekolah, namun takut untuk melaporkannya ke pihak sekolah.
“Putri saya takut akan respons anak laki-laki itu. Dia khawatir laki-laki itu akan membalasnya,” kata Roundtree seperti dikutip dari Associated Press, Jumat (20/5/2011).
Roundtree pun melaporkan apa yang dilihat putrinya kepada pejabat sekolah. Mereka mengaku akan melakukan penyelidikan. Namun setelah melaporkan, pejabat sekolah justru menghukum putri Roundtre, dengan larangan menghadiri prom night kelas delapan serta wisata akhir tahun ajaran pada Juni.
Sang ibunda mempertanyakan hukuman tersebut. Menurutnya, hukuman terhadap putrinya salah alamat karena dia melakukan hal benar dengan menceritakan apa yang dilihatnya. "Tapi mereka tidak melakukan apa pun kepada delapan pendamping yang duduk di depan bus dan seharusnya memantau anak-anak. Kalau mereka tidak melakukan apa-apa kepada para pendamping, kenapa mereka menghukum putri saya?” urainya.
Menurut Roundtree, hukuman ini menyesatkan. “Ini mengirimkan pesan bahwa dia seharusnya tidak mengatakan apa-apa,” kata Roundtree.
Seperti dilaporkan WHIO-TV, dua siswa ini terlihat berhubungan intim saat bis berhenti. Pihak sekolah tidak menjelaskan hukuman apa yang akan dihadapi dua pelajar ini.
Setelah laporan ini, Roundtree menahan putrinya di rumah. Dia mencoba untuk mengikutkan putrinya belajar di rumah (home schooling) selama beberapa minggu hingga akhir tahun ajaran.
“Siswa lain tahu dan kami takut akan aksi pembalasan,” kata Roundtree, yang tidak menyebutkan nama putrinya. Dia telah menghubungi penasehat hukum untuk meminta sekolah agar mencabut hukuman putrinya. [source]
Saturday, May 21, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment