Khawatir bayi yang baru dilahirkan tertukar dengan bayi lain, pasangan Gianto dan Suratin, warga Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mendatangi di RSUP Dr Kariadi Semarang untuk memeriksa kesesuaian DNA mereka dengan bayi mereka.
Awalnya, pasangan muda ini melahirkan seorang anak tanggal 26 April 2011 di RS Mardi Rahayu, Kudus. Berdasarkan informasi dari tim medis RS Mardi Rahayu, anak tersebut berjenis kelamin laki-laki. Keduanya tak mengecek langsung jenis kelamin anak pertama mereka itu karena selama di rumah sakit, perawatan bayi seperti mandi dan mengganti popok dilakukan oleh perawat setempat. Bayi itupun dinamai Muhammad Saifuddin.
“Kami memberi nama Muhammad karena tim dokter RS Mardi Rahayu Kudus menyebutkan bayi tersebut berjenis kelamin laki-laki,” kata Gianto.
Setelah dirawat selama tiga hari, bayi tersebut dibawa pulang dan dirawat sendiri. Betapa kagetnya Suratin dan Gianto saat mengganti popok, karena bayi tersebut ternyata bayi perempuan. “Itulah yang menyebabkan kami ragu dan curiga, jangan-jangan bayi kami tertukar dengan bayi lainnya,” kata Gianto.
Gianto dengan ditemani tetangga dan teman-temannya lalu melapor kepada RS Mardi Rahayu tentang adanya kemungkinan bayinya tertukar. Mendapat laporan, pihak RS membantah kemungkinan itu. Untuk meyakinkan, maka pihak Rumah Sakit Mardi Rahayu menyarankan untuk test DNA di Laboratorium Biologi Molekuler di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Menurut Dr Subani, kepala laboratorium biologi molekuler RSUP Kariadi Semarang, pihaknya akan melakukan analisa authentic sequencing untuk mencari kesesuaian pita DNA dengan garis biologis ayah dan ibunya. “Akurasi yang kami toleransi adalah yang mencapai 99,9 persen,” kata Dr Subani.
Untuk sementara, bayi tersebut diberi nama baru, yakni Siti Mutmainah. “Kami hanya ingin kepastian saja. Bagi kami laki-laki atau perempuan tidak masalah. Tapi biar hati mantap, kami butuh kepastian itu,” kata Gianto.
Thursday, May 5, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment